Ratib
Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas
Al-Fatihatu
ilaa hadhrati al-habib Sayyidina Muhammadin S.A.W. wa aalihi wa sahbihi wa man
waalaahu. Wa ilaa ruuhi sayyidina al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas,
shohibi ratib, wa syeich Ali bin Abdillaahi al-Baaras. wa usuulihim wa
furuu’ihim annallaaha jataghasyaahum bir’rahmati wal maghfirati al-fatiha.
A’uudhu billaahi minasy’yaitaani rajiim. Bismillaahirahmaanirahiim. Alhamdulillaahi rabbil aalamiin. Arrahmaanirahiim maalikijawmid’diin. Ijaakana’buduu wa ijaa kanastaiin.Ihdinas’siraatal mustaqiim. Siraathal’ladhiina anámtu alaihim Ghairil maghdhuu alaihim walaa dhaaliin. Aamiin.
Lau’anzalnaa haadhal qur’aana alaa Jabalin lara’aitahu ghaasyian mutasad’dian min ghasy’yatil’laahi wa tilkal amthaalu nadhribuhaa linnaasi la’allahum jatafakkaruun. Huwallaahul ladhii laa ilaaha illaa huwa aalimul ghai’bi wa shahaadati huwa rahmaanirahiim. Huwallaahul ladhii laa ilaaha illaa huwa al-malikul Qud’duusu salaamul mu’minul muhaiminul aziizul Jabbaarul mutakabbiru subhaanallaahi amma jusyrikuun. Huwallaahul ghaalikul baari’ul musawwiru lahul asmaa’ul husnaa jusabbihu lahu maa fii samaawaati wal ardhi wa huwal aziizul haqiim.
A’uudhu billaahi minasy’yaitaani rajiim. Bismillaahirahmaanirahiim. Alhamdulillaahi rabbil aalamiin. Arrahmaanirahiim maalikijawmid’diin. Ijaakana’buduu wa ijaa kanastaiin.Ihdinas’siraatal mustaqiim. Siraathal’ladhiina anámtu alaihim Ghairil maghdhuu alaihim walaa dhaaliin. Aamiin.
Lau’anzalnaa haadhal qur’aana alaa Jabalin lara’aitahu ghaasyian mutasad’dian min ghasy’yatil’laahi wa tilkal amthaalu nadhribuhaa linnaasi la’allahum jatafakkaruun. Huwallaahul ladhii laa ilaaha illaa huwa aalimul ghai’bi wa shahaadati huwa rahmaanirahiim. Huwallaahul ladhii laa ilaaha illaa huwa al-malikul Qud’duusu salaamul mu’minul muhaiminul aziizul Jabbaarul mutakabbiru subhaanallaahi amma jusyrikuun. Huwallaahul ghaalikul baari’ul musawwiru lahul asmaa’ul husnaa jusabbihu lahu maa fii samaawaati wal ardhi wa huwal aziizul haqiim.
A’uudhu
billaahis samii’il aliimi minasy’syaitaani rajiim(3x).
A’uudhu
bikalimaatillaahi taamaati min syarri maa ghalaqa(3x).
Bismillaahil
ladhii laa jadhurru ma’asmihii syai’un fil ardhi walaa fis’samaa’i
wahuwassamii’ul aliim(3x).
Bismillaahirahmaanirahiim,
walaa hawlaa walaa quwwata illaabillaahil alijjil adhiim(10x).
Bismillaahirahmaanirahiim(3x).
Bismillaahi
tahassanaa billaahi, bismillaahi tawakkalnaa billlaahi(3x).
Bismillaahi
aamannaa billaahi wa man ju’min billaahi laa ghawfun alaihi(3x).
Subhaanallaahi
azzallaahu subhaanallaahi jal’lallaahu(3x).
Subhaanalaahi
wa bihamdihi subhaanallaahil adhiim(3x).
Subhaanallaahi
wal handulillaahi walaa ilaaha illallaahu wallaahu akbar(4x).
Yaa,
lathiifan bighalqihi yaa, Aliiman bighalqihi yaa, ghabiiran bighalqihi
al-tufbinaa yaa, lathiifu yaa, aliimu yaa, ghabiir(3x).
Yaa,
lathiifan lam jazal al-tufbinaa fiimaa nazal innaka lathiifu lam tazal
al-tufbinaa wal muslimiin(3x).
Laa ilaaha
illallaah(40x).
Muhammadur’rasuulullaah(1x).
Hasbunallaahu
wa ni’mal wakiil(7x).
Allahumma
salli alaa Muhammadin allahumma salli alaihi wa sallim(11x).
Astghfirullaah(11x).
Taa’ibuuna
illallaah(3x).
Yaa, allaahu
bihaa yaa, allaahu yaa, kariimu yaa, allaahu bihusnil ghaatimah(3x).
Ghufranaka rabbanaa wa ilajkal masiir laa jukalliful’laaha nafsan illaa wus’ahaa lahaa maa kasabat wa alaihaa maa aktasabat rabbanaa laa tu’agidhnaa in’nasiinaa aw’agta’naa rabbanaa walaa tahmil alainaa isran kamaa hamaltahu alal’ladhiina min qablinaa rabbanaa walaa tuhammilnaa maalaa qatalanaa bihi wa’fu annaa wagh firlanaa warhamnaa anta mawlaanaa fansurnaa alal qawmil kaafiriin.
Al-Fatihatu ilaa Hadhrati sayyidinaa wa Habibinaa wa Syafi’inaa rasuulillaahi Muhammad ibn Abdillaahi sallallaahu alaihi wa aalihi wa ashaabihi wa azwaajihi wa dhurri’jaatihi bi’annallaaha ju’lii darajaatihim fil jannati wa janfa’unaa bi asraarihim wa anwaarihim wa uluumihim fid’diini wa dunjaa wal aaghirati wa jadz’alunaa min hizbihim wa jarzuqnaa mahabbatuhum wa jatawafaanaa alaa millatihim wa jah’syurnaa fii zumratihim. Al-Fatiha athaa bakumullaah.(Surat al-fatiha).
Ghufranaka rabbanaa wa ilajkal masiir laa jukalliful’laaha nafsan illaa wus’ahaa lahaa maa kasabat wa alaihaa maa aktasabat rabbanaa laa tu’agidhnaa in’nasiinaa aw’agta’naa rabbanaa walaa tahmil alainaa isran kamaa hamaltahu alal’ladhiina min qablinaa rabbanaa walaa tuhammilnaa maalaa qatalanaa bihi wa’fu annaa wagh firlanaa warhamnaa anta mawlaanaa fansurnaa alal qawmil kaafiriin.
Al-Fatihatu ilaa Hadhrati sayyidinaa wa Habibinaa wa Syafi’inaa rasuulillaahi Muhammad ibn Abdillaahi sallallaahu alaihi wa aalihi wa ashaabihi wa azwaajihi wa dhurri’jaatihi bi’annallaaha ju’lii darajaatihim fil jannati wa janfa’unaa bi asraarihim wa anwaarihim wa uluumihim fid’diini wa dunjaa wal aaghirati wa jadz’alunaa min hizbihim wa jarzuqnaa mahabbatuhum wa jatawafaanaa alaa millatihim wa jah’syurnaa fii zumratihim. Al-Fatiha athaa bakumullaah.(Surat al-fatiha).
—————————————————————————————–
Keberkahan Ratib Al-Habib Umar Bin Abdurrahman Al-Atthos. Ratib Habib Umar yang dibari nama Azizul Manl Wafathul Babil Wisol seperti dikatakan oleh Al-Habib Ali bin Hasan AL-Atthos di dalam kitab Al-Qirthos bagian kedua juz pertama : “ Ratib Habib Umar merupakan hadiah yang tertinggi dari Allah bagi umat Islam melalui Habib Umar “. ketahuilah bahwa Ratib yang besar dan Hizib yang kokoh dan sumber yang murni ini, yaitu Ratib Habib Umar Al-Atthos terkandung didalamnya rahasia-rahasia dan Nur-Nur, manfaat yang besar, faedah-faedah yang luar biasa tinggi nilainya, dan tak dapat diperkirakan batas kekuatan pemeliharaanya.
Al-Habib Ali bin Hasan Al-Atthos mengatakan sepengetahuan kami Al-Habib Umar tidak ada sesuatu yang di tinggalkannya berupa bekas peninggalan ( seperti kitab atau masjid terkecuali Ratib ini ) maka dengan jelas Ratib ini diintisabkan kepada pribadinya langsung.
As-Sayyid Al-Imam Isa bin Muhammad Al-Habsyi berkata : “Bahwa sering kami mendengar Al-Habib Umar dalam pembicaraan-pembicaraanya selalu menyebutkan kelebihan dan kebesaran Ratib ini dan beliau mengtakan banyak orang yang datang kepadanya mengeluhkan tentang kesempitan penghidupan mereka, maka mereka disuruhnya membaca dengan zikir Tauhid sesudahnya Ratib, mereka pun mengamalkannya dan Allah Ta’ala lepaskan semua kesulitan mereka, dengan berkat beliau dan Ratibnya.
As-Sayid Isa pun mengatakan bahwa ada orang dipercayai mengabarinya bahwa dia mendengar dari Syeikh Ali bin Abdullah Ba-Ross (beliau adalah murid terdekat merangkap Khodam Habib Umar ) berkata : “ Saya melihat sebuah kitab tertulis disitu bahwa barang siapa yang merutinkan membaca Ratib ini diharapkan akan terampuni semua dosa-dosanya”.
Adapula jama’ah dari Al-Mukhtamadun ( yang dipercaya ) mereka mengkisahkan apa yang mereka ketahui mengenai apa yang terjadi atas diri As-Sayid Alwy bin Alwy bin Abdullah ibn Al-Musawwa , yaitu pada tahun terakhir hayatnya beliau berziarah ke kota Tarim, Sayid Alwy jatuh sakit, sakit yang membawa kepada ajalnya, sehingga nyaris terjadi pada saat itu juga, melihat keadaan itu maka Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad berkata kepadanya : “ Wahai Sayid Alwy, ketahuilah bahwa ajalmu telah tiba saatnya dan tidak diragukan lagi”. Maka dijawab oleh Sayid Alwy : “ wahai Habib Abdullah do’akan saya agar saya dapat penundaan umur sehingga saya bisa sampai kerumah saya dikota Amed dan berkesempatan melihat anak-anak saya dan berkumpul bersama keluarga saya “. Dijawab oleh Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad : “ Engkau perbanyaklah mengucapkan apa yang diucapkan oleh Al-Habib Umar Al-Atthos dalam Ratibnya yaitu :
"Wahai Yang Maha berlemah lembut, engkau selamanya begitu, berlemah lembutlah terhadap kami dalam segala kejadian, sesungguhnya engkau Maha berlemah lembut dan takkan berubah, berlemah lembutlah terhadap kami dan kaum muslimin ".
Ucapkanlah terus sampai engkau tiba ditempatmu “. Maka mulai saat itu juga Sayid Alwy mengulang-ulangi ucapan itu dan beliau berkata : “ Saat itu juga saya mendapat kesembuhan dan bertolak pulang dari Tarim sambil mengulang-ulangi disepanjang perjalanan, sampai saya tiba di kota Amed dengan selamat, beliau sempat tinggal bersama keluarganya selama dua bulan terhitung dari waktu tibanya di rumahnya, setelah itu wafat ke rohmatulloh di rumahnya.
Al-Habib Ali Hasan Al-Atthos menceritakan bahwa ada penduduk satu dusun yang terkenal dengan sebutan “Al-Mas’ud” yaitu satu kabilah dari kabilah Nawwah, mereka ini memiliki keyakinan yang kuat dan mencintai Al-habib Umar ( Shohibur Ratib ), mereka juga memiliki kebiasaan membaca Ratib dimana pun mereka berada, begitu pula saat-saat mereka turun gunung, baik laki-lakinya maupun wanitanya, malah termasuk anak-anak mereka pun turut membacanya, dan saya sendiri pernah turun ketempat mereka dan saya lihat kebanyakan mereka menghapalnya diluar kepala, benar keadaannya seperti apa yaang disampaikan dan dicertitakan orang-orang itu kepada saya.
Kemudian ada pula yang memberitahu saya bahwa, pada sewaktu kunjungan saya kedusun Al-Mas’ud bertepatan mereka akan diserang oleh musuh mereka dari dusun yang lain dengan jumlah yang besar, dan mereka (Al-Mas’ud) tidak menyadari akan ancaman itu dan mereka tetap dengan kebiasaan mereka yaitu tiap malam membaca Ratib ini, dan pada suatu malam, ada yang mengintai mereka, beberapa orang mata-mata dari pihak musuh itu, untuk memperhatikan keadaan AL-Mas’ud itu dan situasi setempat, pada saat pengintaian itu mereka mendengar penduduk Al-Mas’ud sedang membaca :
" Dengan nama Allah kami beriman dengan Allah dan siapa beriman dengan Allah tidak ada yang perlu ditakutkannya ".
Mendengar itu salah seorang dari mata-mata itu, dan rupanya dialah ketuanya, maka dia berkata kepada kawan-kawannya :” Aku kasihan kepada kalian ( yaitu kawan-kawannya sendiri ) jika kamu menggangu mereka kamu sendirilah yang akan binasa, kemudian dia berkata lagi kepada teman-temannya itu : “jangan kamu ganggu lagi mereka itu untuk selamanya”, mereka pun lalu kembali ke rombongan mereka dan membatalkan rencana mereka semula.
Sungguh tulisan yang ringkas ini tak mampu mengungkapkan kemulian serta keutamaan Ratib Al-Habib Umar Al-Attos yang begitu luas dan begitu dalam hanya kami ingin mengambil keberkahan dari Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthos mudah-mudahan kita dapat Ratib ini dan semoga kita di kumpulkan bersama beliau rhm serta orang-orang yang mencintai dan dicintai beliau rhm. Amien.
—————————————————————————————–
Makna Ratib
Perkataan
Ratib mempunyai banyak arti. Ratib yang dimaksudkan di sini berasal
dari perkataan (rattaba) bererti mengaturkan atau menyusun. Ratib adalah
sesuatu yang tersusun, teratur dengan rapinya. Sembahyang sunnah
Rawatib adalah antara sembahyang-sembahyang sunnah yang diamalkan pada
waktu-waktu yang tertentu oleh Nabi s.a.w. Ratib al-Attas mengandungi
zikir, ayat-ayat al-Quran dan doa-doa yang telah sedia tersusun oleh
al-Habib Umar bin Abdul Rahman al-Attas yang juga dibaca pada
waktu-waktu yang tertentu.
Istilah Ratib digunakan kebanyakkannya di negeri Hadhramaut dalam menyebut zikir-zikir yang biasanya pendek dengan bilangan kiraan zikir yang sedikit (seperti 3, 7, 10, 11 dan 40 kali), senang diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu yang tertentu iaitu sekali pada waktu pagi dan sekali pada waktu malam. Terdapat Ratib al-Haddad, Ratib al-Aidrus, Ratib al-Muhdhor dan lain-lain.
Keutamaan Ratib
Berkata
sebilangan ulama ahli salaf, antara keutamaan ratib ini bagi mereka
yang tetap mengamalkannya, adalah dipanjangkan umur, mendapat
Husnul-Khatimah, menjaga segala kepunyaannya di laut dan di bumi dan
senantiasa berada dalam perlindungan Allah.
Bagi mereka yang mempunyai hajat yang tertentu, membaca ratib pada suatu tempat yang kosong dengan berwuduk, mengadap kiblat dan berniat apa kehendaknya, Insya-Allah dimustajabkan Allah. Para salaf berkata ia amat mujarrab dalam menyampaikan segala permintaan jika dibacanya sebanyak 41 kali.
Antara kelebihan ratib ini adalah, ia menjaga rumahnya dan 40 rumah-rumah jirannya dari kebakaran, kecurian dan terkena sihir. As-Syeikh Ali Baras berkata: “Apabila dibaca dalam suatu kampung atau suatu tempat, ia mengamankan ahlinya seperti dijaga oleh 70 pahlawan yang bekuda. Ratib ini mengandungi rahsia-rahsia yang bermanfaat. Mereka yang tetap mengamalkannya akan diampunkan Allah dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di laut.”
Bagi mereka yang terkena sihir dan membaca ratib, Insya-Allah diselamatkan Allah dengan berkat Asma’ Allah, ayat-ayat al-Quran dan amalan Nabi Muhammad s.a.w.
Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Mohsen bin Husein al-Attas berkata: “Mereka yang mengamalkan ratib dan terpatuk ular nescaya tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya. Bagi orang yang takut nescaya akan selamat dari segala yang ditakuti. Pernah ada seorang yang diserang oleh 15 orang pencuri dan dia selamat.”
Pernah datang satu kumpulan mengadu akan hal mereka yang dikelilingi musuh. Al-Habib Husein menyuruh mereka membaca ratib dan beliau jamin Insya-Allah mereka akan selamat.
Ada sebuah kampung yang cukup yakin dengan Habib Umar al-Attas dan tidak tinggal dalam membaca ratibnya. Kecil, besar, tua dan muda setiap malam mereka membaca ratib beramai-ramai dengan suara yang kuat. Kebetulan kampung itu mempunyai musuh yang hendak menyerang mereka. Kumpulan musuh ini menghantar seorang pengintip untuk mencari rahsia tempat mereka supaya dapat diserang. Kebetulan pada waktu si pengintip datang dengan sembunyi-sembunyi mereka sedang membaca ratib dan sampai kepada zikir:
Ertinya: Dengan nama Allah, kami beriman kepada Allah dan barang siapa yang beriman kepada Allah tiada takut baginya!Mendengar tiada takut baginya, dan diulangi sampai tiga kali, si pengintip terus menjadi takut dan kembali lalu menceritakan kepada orang-orangnya apa yang dia dengar dan mereka tidak jadi menyerang. Maka selamatlah kampung itu.
Nama-nama Ratib
Ratib al-Habib Umar bin Abdurrahman ini mempunyai banyak nama. Antaranya adalah:
Ertinya: Sesuatu yang sukar diperolehi dan kunci bagi pintu penghubung kepada Allah. Nama inilah yang dipilih oleh al-Habib Muhammad bin Salem al-Attas apabila menyusun Ratib al-Habib Umar dalam bahasa Arab, Melayu dan Tamil. Artinya: Kubu yang kukuh.
Ertinya: Belerang yang merah. Satu istilah bagi mentafsirkan sesuatu benda yang amat berharga yang sukar didapati pada sebarang waktu atau tempat.
Ertinya: Pati segala zikir.
Ertinya: Magnet rahsia-rahsia bagi mereka yang tetap mengamalkannya pada waktu malam dan siang. Artinya: Penawar bagi racun yang mujarrab. Menurut kata al-Habib Husein bin Abdullah al-Attas, nama ini dinamakan oleh gurunya al-Habib Ahmad bin Hasan apabila menerangkan kelebihan Ratib al-Habib Umar.
Ertinya: Sumber pencapaian dan kunci bagi pintu penghubung kepada Allah. Nama ini hanya terdapat di Tajul A’ras oleh al-Habib Ali bin Husein yang menerangkan bahawa dalam kitab al-Qirtas yang beliau perolehi tertulis nama Ratib al-Attas sebagai Manhal al-Manal dan tidak Azizul Manal.
Sejarah Ratib
Ratib
ini dikarang oleh al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas dan sekarang
telah berusia kira-kira 400 tahun. Ratib ini sehingga kini banyak dibaca
di negara-negara seperti di Afrika termasuk Darussalam, Mombassa dan
Afrika Selatan. Juga di England, Burma (Myanmar), India dan
negara-negara Arab. Di Afrika ia disebarkan oleh murid-murid al-Habib
Ahmad bin Hasan seperti al-Habib Ahmad Masyhur al-Haddad dan lain-lain.
Di India, Kemboja dan Burma oleh al-Habib Abdullah bin Alawi al-Attas.
Sehingga sekarang kumpulan-kumpulan ratib al-Habib Umar atau Zawiyah
masih diamalkan di Rangoon dan di beberapa daerah di Burma. Tetapi
mereka lebih terkenal di sana dengan Tariqah al-Attasiyah.
Ratib ini telah lama sampai di Malaya, Singapura, Brunei dan Indonesia. Antara keterangan ratib ini yang diterbitkan dalam bahasa Melayu di Singapura adalah sebuah kitab kecil yang bernama Fathu Rabbin-Nas yang dikarang oleh al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Mohsen bin Husein al-Attas. Tarikh selesai karangan ini adalah pada pagi Jumaat 20hb Jumadil Awal 1342 (20hb Disember 1923). Ia diterbitkan dengan perbelanjaan C.H Kizar Muhammad Ain Company pengedar kain pelekat cap kerusi yang beribu pejabat di Madras, India dan dicetak oleh Qalam Singapura.
Pada tahun 1939, al-Habib Muhammad bin Salim al-Attas telah menerbitkan sebuah kitab yang bernama Miftahul Imdad yang dicetak di Matbaah al-Huda di Pulau Pinang. Kitab ini mengandungi wirid-wirid datuk beliau al-Habib Ahmad bin Hasan al-Attas tetapi terdapat juga ratib al-habib Umar bin Abdurrahman al-Attas di dalamnya.
Mengikut al-Habib Muhammad bin Salem al-Attas, al-Habib Hasan bin Ahmad al-Attas pada suatu masa dahulu telah mencetak Ratib al-Attas menerusi percetakannya Mutaaba’ah al-Attas (Al-Attas Press) yang pejabatnya terletak di Wadi Hasan, Johor Bahru, Malaysia. Percetakan ini bergiat di Johor pada kira-kira tahun 1927.
Waktu Membaca Ratib al-Attas
Disebutkan
di dalam kitab al-Qirtas: “Telah menjadi tradisi bagi para sesepuh
kami, khususnya tradisi dari al-Habib Husein bin Umar membaca Ratib
al-Attas adalah setelah solat Isya’. Kebiasaan itu dilakukan oleh Habib
Husein beserta pengikut-pengikutnya secara turun-temurun kecuali di
bulan Ramadhan. Adapun di bulan Ramadhan bacaan ratib itu dibaca sebelum
solat Isya’. Tetapi bagi yang gemar berzikir banyak yang membaca ratib
al-Attas ini di waktu pagi dan di waktu sore, sebab di antara
kalimat-kalimat yang dizikirkan ada zikir-zikir yang disunnahkan untuk
membacanya di waktu pagi dan di waktu sore seperti tertera di dalam
hadis-hadis Nabi s.a.w.
Dikatakan oleh Habib Ali bin Hasan al-Attas di dalam kitab al-Qirtas bahawa Habib Umar suka membaca ratibnya secara rahsia tanpa suara, sebab beliau menginginkan bacaan ratibnya itu lebih berkesan di hati yang membacanya dan lebih ikhlas karena Allah. Hal itu sesuai dengan firman Allah:
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai”.(Al A’raf: 205)
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (Luqman: 19)Jika ratib al-Attas ini dibaca secara berkelompok, maka hendaklah dibaca dengan suara yang tiada terlalu keras dan tiada terlalu pelan, sesuai dengan firman Allah:
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam solatmu dan janganlah pula selalu merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara keduanya”. (Al-Isra’: 110)
Ratib Habib Umar
Ratib
Habib Umar yang diberi nama Azizul Manal Wa Fathu Bab al-Wisol seperti
dikatakan oleh Habib Ali bin Hasan al-Attas di dalam kitab al-Qirtas
bagian kedua juz pertama: “Ratib Habib Umar merupakan hadiah yang
tertinggi dari Allah bagi umat Islam lewat Habib Umar.” Peninggalan
beliau yang paling mahal hanyalah ratib yang beliau tinggalkan bagi umat
ini. Ratib Habib Umar merupakan wirid yang banyak mendatangkan faedah
bagi yang membacanya setiap waktu, terutama bagi yang sedang menghadapi
kesulitan. Al-Habib Isa bin Muhammad al-Habsyi mengatakan bahawa Habib
Umar banyak sekali menyebutkan akan keutamaan-keutamaan ratib ini.
Pernah disebutkan bahawa ketika ada sekelompok orang datang kepada Habib
Umar mengeluh kesulitan pencarian dan lamanya musim kemarau yang
menimpa kepada mereka selama beberapa waktu. Mereka diperintah membaca
Ratib beliau dan dzikir Tauhid. Setelah mereka mengerjakannya, maka
dengan berkat bacaan itu, Allah memberi keluasan hidup bagi mereka.
Menurut
Syeikh Ali Baras, jika Ratib Habib Umar dibacakan bagi penduduk suatu
desa atau bagi suatu keluarga, maka desa itu atau keluarga itu akan
dipelihara oleh Allah dengan peliharaan yang amat ketat. Selanjutnya
Syeikh Ali berkata: “Pernah aku diceritai oleh sebagian orang bahawa
ketika mereka takut menghadapi rampok yang akan menjarah rumah mereka,
maka mereka membaca Ratib Habib Umar sehingga rumah mereka tidak sampai
dijarah oleh kaum perampok itu meskipun jumlah mereka sebanyak 15
orang”.
Wahai orang-orang yang beriman perbanyaklah ingatan kamu kepada Allah SWT dan pujilah Dia pagi dan petang (Al-Ahzab : 41 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar