Rabu, 22 Januari 2014

K.H. ALWI HASAN


K.H. Alwi bin Hasan bin K.H. Qala Pambusuang, beliau lahir di kampung Pambusuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Wafat di Pambusang pada hari sabtu, 22 Maret 2008. Umur beliau sekitar 60-an tahun.

Beliau pernah menjadi Hatib (Wakil Imam) di Pambusuang.

...........................

Kamis, 16 Januari 2014

HABIB HAMID BIN ALWI BIN HUD ALATTAS

Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas atau yang dikenal juga dengan sebutan SAYYID KAMI’ lahir di Manjopai, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pada tanggal 27 Juli 1933. Beliau adalah ayahanda dari Habib Husein Hamid Alattas narasumber Radio Silaturahim 720 am. Beliau putra dari Syarifah Rugayyah yang tidak lain putri daripada Habib Alwi bin Abdullah Bin Sahl (Puang Towa). Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas adalah putra ke-5 dari 7 (tujuh) bersaudara.

Rumah beliau ber-alamat di Cililitan Kecil 1 No. 17A Jakarta Timur (dibelakangnya ada sungai ciliwung yang sering kena banjir).

Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas adalah satu dari sedikit Habib yang toleran, pro persatuan, egaliter dan tidak suka menonjolkan diri, meski berilmu dan berwawasan serta punya pengaruh luas.

Beliau adalah seorang pemuka agama Islam di Indonesia yang berdakwah ke berbagai daerah untuk menyerukan pentingnya Persatuan Islam demi Islam yang Satu.

Minggu, 12 Januari 2014

K.H. MUHAMMAD SHALEH

K.H Muhammad Shaleh Bin Haji Hida Binti Haji Bidara, lahir di Pambusuang kecamatan Tinambung (sekarang kecamatan Balanipa) kabupaten Polewali Mandar tahun 1913.

Ulama dikatakan sebagai pewaris kenabian, ulama dengan ilmu kewara’an, sifat rendah hati, dan kearifan yang dimiliknya, telah menempatkannya menjadi sebercak cahaya kebenaran yang menjadi penerang dan panutan bagi umat manusia di sekelilingnya. Ulama merupakan orang-orang pilihan Allah SWT yang telah diajari dan diberi hikmah kepadanya dan mereka mendapat keutamaan dan kebaikan yang melimpah.

K.H Muhammad Shaleh adalah salah satu dari mereka yang telah mendapatkan hikmah. Beliau adalah sosok yang mempunyai ilmu yang sangat dalam, namun dengan ilmunya tersebut tidak menjadikan dirinya sombong dan angkuh, bahkan sebaliknya. Beliau adalah ulama yang Wara’ dan rendah hati. Dengan sifatnya tersebut, beliau melayani semua lapisan masyarakat tanpa melihat perbedaan status sosial, agama dan suku. Ia lebih memilih hidup ditengah-tengah jamaahnya yang penuh dengan kesederhanaan, daripada menduduki jabatan yang tinggi yang jauh dari jamaahnya.

Beliau sangat arif lagi bijaksana, dengan sifatnya tersebut sehingga beliau ditempatkan menjadi sosok ulama yang cukup disegani dan diperhitungkan oleh sesama ulama pada zamannya, selain itu dia juga sebagai panutan bagi murid-murid dan masyarakat disekitarnya. K.H Muhammad Shaleh, disamping sebagai ulama yang menguasai ilmu-ilmu syariat seperti Fiqih, beliau juga adalah seorang sufi. Beliau merupakan ulama yang pertama di Indonesia yang mengajarkan tarekat Qadiriyah di Tanah Mandar. Untuk mengetahui lebih jauh tentang K.H Muhammad Shaleh mari kita simak pembahasan berikut.

Jumat, 10 Januari 2014

K.H. MUHAMMAD THAHIR (IMAM LAPEO)

K.H. Muhammad Thahir adalah ulama kharismatik di Tanah Mandar, lahir di Pambusuang, Polewali Mandar - Sulawesi Barat pada tahun 1838 M. Beliau seorang imam di desa Lapeo yang sederhana dan menyebarkan agama islam sampai ke tanah Bugis.

Keluarga Imam Lapeo berakar dari sebuah kampung tua yang sejak dulu menjadi tanah kelahiran tokoh-tokoh di Tanah Mandar. Kampung itu bernama Pambusuang. Seorang tokoh nasional yang pernah lahir di kampung ini adalah Almarhum Baharuddin Lopa (mantan Jaksa Agung RI).

Ayahanda Imam Lapeo bernama H. Muhammad bin Abd. Karim bin Aba Talha. Ayahanda Imam Lapeo mempunyai dua saudara yakni yang dikenal dengan panggilan Kanne Paung dan Kanne Kina. Kanne Paung tidak memiliki keturunan sedangkan Kanne Kina kemudian mempunyai anak cucu yang berkembang di Pambusuang sebagai sepupu-sepupu Imam Lapeo. Sedangkan ibunda Imam Lapeo bernama Siti Rajiah berasal dari keturunan hadat Tenggelang, sebuah wilayah yang saat ini berada di Kecamatan Campalagian Kab. Polman. Sebagaimana dalam silsilah keturunan yang paternalistik, silsilah keturunan Ibu kurang dikembangkan sehingga sampai saat ini belum ada yang mencoba menggambarkan sepupu-sepupu Imam lapeo dari garis Ibu.

Pada masa kanak-kanaknya, oleh orang tuanya memberikan nama kepada Imam Lapeo yaitu Junaihim Namli. Sejak kecil ia dikenal masyarakat sebagai anak yang patuh dan taat kepada orang tua, beliau dikenal jujur, pemberani, dan punya kemauan yang sangat keras.