Kamis, 16 Januari 2014

HABIB HAMID BIN ALWI BIN HUD ALATTAS

Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas atau yang dikenal juga dengan sebutan SAYYID KAMI’ lahir di Manjopai, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pada tanggal 27 Juli 1933. Beliau adalah ayahanda dari Habib Husein Hamid Alattas narasumber Radio Silaturahim 720 am. Beliau putra dari Syarifah Rugayyah yang tidak lain putri daripada Habib Alwi bin Abdullah Bin Sahl (Puang Towa). Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas adalah putra ke-5 dari 7 (tujuh) bersaudara.

Rumah beliau ber-alamat di Cililitan Kecil 1 No. 17A Jakarta Timur (dibelakangnya ada sungai ciliwung yang sering kena banjir).

Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas adalah satu dari sedikit Habib yang toleran, pro persatuan, egaliter dan tidak suka menonjolkan diri, meski berilmu dan berwawasan serta punya pengaruh luas.

Beliau adalah seorang pemuka agama Islam di Indonesia yang berdakwah ke berbagai daerah untuk menyerukan pentingnya Persatuan Islam demi Islam yang Satu.

Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas memiliki akhlak yang baik dan sangat rendah hati, menjauhkan diri dari kepopuleran dan penampilan, sekalipun beliau memiliki tempat terhormat di dalam hati orang banyak. Beliau sangat takut kepada Allah SWT, menjauhkan diri dari dunia serta pangkat dan perhiasannya, hanya mengambil sedikit dari dunia sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya. Beliau sangat berhati-hati dan menjaga diri dari yang Haram. Sepanjang hidupnya hanya mengaharap ridhonya Allah SWT.

Masa kanak-kanak beliau, banyak yang menggambarkan bahwa beliau adalah anak yang sangat aktif dan tekun, sehingga banyak orang terutama orang-orang tua yang suka kepadanya, termasuk K.H. Muhammad Thahir Imam Lapeo. Menurut anak dan cucu Imam Lapeo, bahwa Habib Hamid Sayyid Kami’ sering diajak Imam Lapeo untuk menghadiri acara-acaranya, dan Imam Lapeo selalu menuntun tangannya.

Ketekunan beliau berlanjut terus menerus hingga masa tua dan lemah fisik. Salah satu hasil dari ketekunannya adalah beliau telah mendirikan sebuah Pondok Pesantren ALMASYHAD di Cijurey, Sukabumi, Jawa Barat pada tahun 60-an dan masih aktif sampai sekarang. Dan masyarakat Cijurey Sukabumi menjadi saksi akan ketekunan beliau dalam berdakwah. Bahkan beliau yang membuka Cijurey sehingga dapat dilewati kendaran dengan membangun jalan bersama santri-santrinya.

Menurut pengakuan salah seorang santri beliau asal Lapeo yang bernama Hasanuddin Kadir atau yang dikenal dengan Haji Haska, beliau Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas sering berjalan kaki dari Cijurey ke Jampang Kulon (sebuah kecamatan di kabupaten Sukabumi) dengan jarak tempuh ± 10 km untuk mengisi pengajian rutinnya.

Kegigihan beliau dalam berdakwah di Provinsi Jawa Barat membuahkan hasil dengan banyaknya kiyai-kiyai besar di Jawa Barat dan juga banyak alumni ALMASYHAD yang mendirikan dan menjadi pengasuh pondok pesantren, seperti Kiyai Yusuf pendiri Pesantren BAITUL ARQOM di Bandung, K.H. Damanhuri dengan Pesantren ALKARIMIYYAH di Depok, dan juga K.H. Abdul Bashit di Parung Bogor.

Adapun Pesantren ALMASYHAD Cijurey kini dilanjutkan kepengurusannya oleh kakak ipar beliau yang bernama Habib Abdurrahman bin Syech bin Salim Alattas atau yang dikenal dengan MUNSIB AL-ATTHOS Indonesia saat ini.

Kurang lebih pada tahun 1970, beliau mulai aktif mengajar di Jakarta dari masjid ke masjid setiap hari, dan berjalan terus-menerus hingga beliau duduk di kursi roda pada tahun 2010, beliau tetap mengisi pengajian-pengajian yang dibawakan oleh beliau. Diantara murid beliau yang cukup dikenal dan bangga beliau sebagai gurunya adalah Habib Rizieq Shihab ketua umum FPI (Front Pembela Islam), dan Habib Abubakar bin Hasan Alattas.

Menurut Habib Rizieq Shihab, ayahanda Ustad Habib Husein Alattas adalah gurunya sejak kecil dan seorang Ulama yang memiliki pandangan yang cukup luas dalam keislaman. Karena selama hidupnya selalu berdakwah mengajak ke dalam persatuan islam demi islam yang satu. Dalam dakwahnya baik Ustad Husein maupun ayahnya Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas adalah pendakwah yang ulung. Apalagi ayahnya yang gemar membaca dan selalu mengajarkan para murid-muridnya untuk selalu menghargai orang lain dan tidak memaksakan kehendak serta ta’asub (fanatic buta) dengan menyalahkan pendapat-pendapat yang berbeda.

saat berdakwah di singapura

Begitu pula dakwah beliau, setiap tahun pada bulan maulid di Negara-Negara tetangga sejak tahun 1980, seperti Malaysia, Brunei, Singapura, dll. Terakhir beliau mengisi acara di Singapura duduk di kursi roda pada tahun 2011. Kondisi fisik tidak menghalangi beliau untuk mengajar dan berdakwah. Keadaan beliau seperti yang diutarakan oleh penyair:

"Engkau meresepkan obat bagi orang sakit dan orang yang sedang dilanda kesusahan supaya mereka menjadi sembuh dengannya, padahal engkau sediri adalah orang sakit."

Pada tahun 2012 beliau sudah tidak mampu lagi untuk duduk, disebabkan kondisi sakitnya yang semakin berat. Dan rutinitasnya hanya dapat beribadah dengan berbaring.

Pernah suatu hari, pada waktu itu tahun haji. H. Hatta bin Hafid (Puayi Hatta) dari Pambusuang Polman Sulawesi Barat, mampir menjenguk beliau di kediamannya di Jakarta. H. Hatta pun berjumpa dengan beliau yang berada di pembaringannya, setelah beberapa menit H. Hatta berada disisi beliau, terdengar adzan, langsung beliau Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas berkata: “ Hei Hatta.. bawa saya ke kamar mandi, saya mau wudhu..”. H. Hatta sempat bingun karena postur tubuh orang yang sakit lebih besar darinya dan dalam kondisi berbaring. Namun H. Hatta tetap melaksanakan permintaan beliau, H. Hatta langsung memeluk dan membopong beliau ke kamar mandi dengan bersusah payah hingga akhirnya bisa mengantar beliau ke kamar mandi. Setelah wudhu dan kembali ke pembaringannya, beliau pun menunaikan sholat dengan posisi berbaring. Menyaksikan pemandangan itu H. Hatta meneteskan air mata, terharu dengan semangat ibadah beliau meskipun dalam kondisi yang sangat lemah dan sakit yang dibawanya.

K.H. Bisri Idris, S.Pd.I (Imam Masjid At-Taqwa Pambusuang dan Pimpinan Pondok Pesantren Nuhiyah Pambusuang), yang juga pernah ke kediaman beliau bercerita tentang pengalamannya dengan beliau di Acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang dirangkaikan Haul Habib Alwi bin Abdullah Bin Sahl Puang Towa dan Haul beliau Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas di Manjopai kemarin (16/01/14), bahwa beliau Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas adalah seorang yang sangat ramah dan memiliki kegemaran membaca buku-buku. Bahkan beliau menyarankan kepada K.H. Bisri Idris untuk terus membaca buku, baik buku apapun untuk menambah pengetahuan dan mengetahui semuanya. Saat itu K.H. Bisri Idris ingin melanjutkan sekolahnya di Mesir, menyempatkan singgah ke kediaman beliau Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas di Jakarta. Pernah beliau berkata kepada K.H. Bisri Idris; “Apa tujuanmu untuk berkeinginan sekolah disana (mesir), kalau memang untuk menambah ilmu untuk kau bawa ke tempatmu di Mandar, sebenarnya ilmumu sudah cukup untuk kau pergunakan dan kau ajarkan disana, meski tanpa harus ke mesir..”. Akhirnya K.H. Bisri Idris mendengarkan perkataan Habib Hamid dan K.H. Bisri Idris kembali ke tempat asalnya di Mandar yaitu Pambusuang, sementara teman-temanya yang lain tetap melanjutkan sekolahnya ke Mesir. Dan Sekarang K.H. Bisri Idris menjadi Imam di Masjid At-Taqwa Pambusuang, Pimpinan PonPes Nuhiyah Pambusuang, sering membawakan pengajian (kitab kuning) di Masjid dan di tempat-tempat lain, berdakwah ke berbagai tempat, dan sudah memiliki banyak murid, sebagian ada yang sudah berhasil.

Pada hari Kamis tanggal 6 Juni 2013 bertepatan dengan tanggal 27 Rajab, beliau memenuhi panggilan Ilahi untuk dikumpulkan bersama datuk-datuknya. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya sekitar Pukul 23.45 waktu indonesia barat.

di rumah duka cililitan kecil

jenazah beliau disholatkan di masjid Alkaramah cililitan kecil

selesai disholatkan menuju pemakaman Alhikmah

Sebelum dimakamkan Jenazah beliau di Semayamkan di rumah duka, Cililitan kecil kalibata, Jakarta Timur dan dishalatkan di masjid Alkaramah Cililitan Kecil.

Setelah itu jenazah dimakamkan di pemakaman Al Hikmah jl Menpor kampung Arman Rt 01/007 Kelurahan Tugu Cimanggis depok.

Dalam lautan jamaah yang menghiringi kepergiannya ke tempat peristirahatan terakhir tampak hadir tokoh habaib dan tokoh politik dari berbagai kalangan.

Keluarga Habib Hamid bin Alwi bin Hud Alattas;

Saudara-saudara(i) Habib Hamid Alattas yaitu:
  • Habib Husein Alattas, Sabang-Subik.
  • Habib Salim Alattas, Ujung Lero.
  • Habib Muhammad Alattas, Jakarta. (Ahli Silsilah)
  • Habib Muhdar Alattas, Gersik Surabaya.
  • Habib Hamid Alattas (Beliau Sayye Kami’), Jakarta.
  • Syarifah Shafiah Alattas (Patta Soba).
  • Syarifah Syifa Alattas (Puang Lu’lu').

Istri dan Putra-putri Habib Hamid Alattas yaitu:
  • Istri pertama bernama Syarifah Zainab Alattas, adik daripada Habib Abdurrahman bin Syech Alattas, memiliki 1 orang putra dan 1 orang putri yaitu; Ustadz Habib Husein bin Hamid Alattas dan Syarifah Rugaiyyah binti Hamid Alattas.
  • Istri kedua bernama Aminah, memiliki seorang putra bernama Ahmad bin Hamid Alattas.
  • Istri ketiga bernama Syarifah Nafisah Bin Yahya (Cucu yang punya Masjid Al-Hawi di Condet), memilki putra dan putri yaitu; Habib Mahdi bin Hamid Alattas, Habib Shodiq bin Hamid Alattas, Habib Alwi bin Hamid Alattas, Habib Hadi bin Hamid Alattas, Syarifah Berlian binti Hamid Alattas, Habib Hasan bin Hamid Alattas, dan Syarifah Qurratul Ain binti Hamid Alattas.

sumber: hasil interview dengan Habib Shodiq bin Hamid Alattas (putra beliau), Syarifah Gayya binti Habibun Bin Sahl (cucu beliau), satuislam.wordpress.com

3 komentar:

  1. اللهم صل على محمد وآل محمد

    BalasHapus
  2. Ajib jazakallah, tulisan keren
    Mohon ijin keberkahan tulisannya
    Alfaqir ibn hasan syazili citayam

    BalasHapus