Maulid adalah bid’ah sesat yang harus dijauhkan dan dimusnahkan dari muka bumi ini, karena di dalam acaranya terdapat pujian yang berlebihan kepada Nabi Saw yang mengarah pada pengkultusan. Nabi Saw sendiri bersabda :
لا تطروني كما اطرت النصارىابن مريم فانما اتا عبده فقولوا عبد الله ورسوله
“ Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku seperti kaum Nashrani yang
berlebihan dalam memuji putra Maryam. Aku hanyalah hamba Allah, maka
katakanlah (mengenaiku) “ Hamba Allah dan Rasul-Nya “ (HR. Bukhari)
Jawaban Aswaja:
Sekali lagi, mereka hanya mampu menuduh tanpa adanya bukti di lapangan.
Dan mereka selalu salah fatal di dalam memahami nash ayat maupun
hadits.
Hadit tersebut dengan jelas melarang memuji Nabi Saw secara
berlebihan, sekaligus menjelaskan makna Ithra (pujian yang berlebihan)
dan member batasannya. Namun mereka tidak memahami batasn pujian yang
berlebihan yang dimaksud oleh Nabi Saw sendiri.
Sebenarnya
Nabi telah memberikan batasan yang jelas mengenai pujian yang
berlebihan. Dalam hadits tersebut disebutkan ““ Janganlah kalian
berlebihan dalam memujiku seperti kaum Nashrani yang berlebihan dalam
memuji putra Maryam “. Artinya kita dilarang oleh Nabi Saw memuji beliau
seperti pujian kaum Nashrani kepada Nabi Isa yaitu menganggap anak
Tuhan atau Tuhan, akan tetapi pujilah Nabi Saw dengan pujian yang tidak
sampai mencerabut beliau Saw dari hamba Allah (kemanusiawiannya) dan
kerasulannya, oleh karenya beliau setelah itu bersabda “Aku hanyalah
hamba Allah, maka katakanlah (mengenaiku) “ Hamba Allah dan Rasul-Nya “.
Artinya kita diperbolehkan memuji Rasulullah Saw dengan pujian-pujian
yang indah selama disitu tidak ada isyarat pada penuhanan beliau.
Tidakkah mereka tahu bahwa Allah Swt sang pencipta seluruh makhluk
telah memuji beliau dengan kata-kata yang indah dalam al-Quran ??
Perhatikan :
Allah Swt berfirman :
وما ارسلناك الا رحمة للعالمين
“ Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam “ ( QS. Al-Qalam : 4)
Dan juga :
وانك لعلى خلق عظيم
“ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung “
Dan ayat :
وانك لتهدي الى صراط مستقيم
“ Dan sesungguhnya kamu benar-benar menunjukkan pada jalan yang lurus “ (QS. Al-Ahzab : 52)
Kata-kata “agung” dari Allah yang Maha Agung, memiliki makna yang besar
dan tak bisa dijangkau batasnya dengan pikiran kita. Artinya kita bebas
untuk menisbatkan sifat-sifat kesempurnaan makhluk bagi beliau Saw
tanpa batas (kecuali menjadikan beliau sebagai tuhan) karena setinggi
apapun pujian kita, tak akan mampu menandingi pujian Allah kepada
Rasulullah Saw.
Bahkan Allah Swt sendiri melabelkan beberapa sifat-Nya kepada Nabi Saw. Dalam al-Quran Allah Swt berfirman :
لقد جاءكم رسول من انفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف رحيم
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasul dari golongan
kalian sendiri, terasa berat baginya penderitaan kalian, ia sangat
mengharapkan kebaikan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas
kasihan lagi penyayang bagi umat mukmin (QS at-taubah 128).
Lihat bagaimana Allah Swt menyematkan dua asma-Nya untuk Rasulullah Saw
yaitu Rauuf dan Rahiim (pengasih dan penyayang). Bukan berarti sifat
kasih dan sayang Nabi Saw itu sama dengan sifat kasih dan sayang Allah
Swt. Namun sifat kasih dan sayang dalam batas kemanusiawiaan tidak
sampai batas ketuhanan.
Para sahabat dan ulama salaf, memahami
hal ini dengan baik sehingga tidak sedikit para sahabat yang memuji-muji
Nabi Saw dengan pujian indah dan tinggi. Di antaranya adalah pujian
yang disampaikan sahabat Hassan bin Tsabit :
واحسن منك لم تر ثط عيني # واجمل منك لم تلد النساء
خلقت مبرأ من كل عيب # كأنك قد خلقت كما تشاء
خلقت مبرأ من كل عيب # كأنك قد خلقت كما تشاء
Yang lebih baik darimu, belum pernah mataku memandangnya
Yang lebih indah darimu, belum pernah pernah dilahirkan oleh para wanita
Engkau diciptakan terbebas dari segala kekurangan
Seolah engkau tercipta dengan sekehendakmu sendiri
Sahabat Sariyah pun pernah memuji Rasul Saw :
فما حملت من ناقة فوق ظهرها ... أبر وأوفى ذمة من محمد
Tidak ada komentar:
Posting Komentar