A. Ringkasan Manakib Habib Alwy Bin Abdullah Bin Sahil
Habib Alwy lebih di kenal dengan sebutan Puang Towa. Habib
Alwi memiliki nama lengkap Habib Alwy bin Abdullah bin Husin bin Abdurrahman
bin Muhammad bin Abdullah bin Sahil bin Ahmad bin Sahil bin Ahmad bin Abdullah
bin Muhammad Jamalullail. Beliau dilahirkan di Lasem, sekitar tahun 1835 M. dan
mempunyai saudara 15 orang. Ayah beliau bernama Habib Abdullah bin Sahil dan
ibunya bernama Raden Ayu Habibah pati Lasem al Munawwar. Habib Alwy (Puang
Sayye Towa) wafat di Campalagian pada tanggal 9 April 1934 dan di makamkan di
Masjid Besar Campalagian Polewali Mandar.
B. Masuk di Lita’ Mandar
Berawal dari kegemaran dan keberanian orang-orang Sulawesi
pada umumnya dan Sulawesi Barat (orang-orang Mandar) pada khususnya untuk
berlayar dari satu daerah ke daerah lain dengan tujuan berdagadang akhirnya
sampai ke daerah Nusa Tenggara Barat (Sumbawa), dimana Habib Alwy bin Sahil
membina masyarakat setempat sehingga pedagang Mandar (saudagar) Mandar yang memiliki
jaringan bisnis dengan daerah Sumbawa, sempat mengikuti pengajian yang
dibawakan oleh Habib Alwy bin Sahil dan memperkenalkan diri serta menggambarkan
kondisi keagamaan Lita’ Mandar. Berdasarkan informasi dan masukan dari saudagar
Mandar tersebut, maka akhirnya Habib Alwy bin Sahil tertarik dan bersedia ikut
bersama saudagar Mandar guna melanjutkan misi dakwah dan syi’ar Islam di Lita’
Mandar.
Habib Alwy tiba di Lita’ Mandar khususnya daerah Manjopai
dimana waktu itu imam pertama masjid Manjopai tersebut adalah H. Kaisah yang
bergelar H. Kappung dari tahun (1859-1900). Kedatangan Habib Alwy di Manjopai
disambut baik oleh masyarakat setempat yang juga sudah memeluk agama Islam.
Kendati Islam masuk di Lita’ Mandar diperkirakan pada tahun 1608, pada waktu
kerajaan Balanipa di perintah oleh Raja Balanipa ke IV Puatta Tummuane dan
diperkuat dengan datangnya utusan dari kerajaan Gowa untuk memberlakukan hukum
Islam di Balanipa (Lita’ Mandar), akan tetapi masyarakat masih banyak yang
mempunyai paham-paham yang bertentangan dengan akidah dan keyakinan ajaran
Islam.
C. Gerakan Dakwah pada Tiga Daerah
1. MOJOPAHIT/MANJOPAI
Habib Alwy di Manjopai, pernah
diangkat oleh masyarakat setempat menjadi Imam Masjid (Imam III) sekitar tahun
1916-1921 menggantikan H. Muhammad Amin (Imam II) yang bergelar Imam Missuq.
Habib Alwi selama di Manjopai memberantas paham awayang ka’daro (ilmu
kekebalan). Habib Alwy bin Sahil dalam strategi dakwahnya agar mudah diterima
oleh maasyarakat, maka beliau mendekati para sesepuh agama dan orang-orang
terhormat (Mara’dia), orang-orang kaya, seperti beliau bersahabat dengan
seorang kaya bernama Muhammad Ali, sehingga Habib Alwy bin Sahil menyampaikan
ajaran Islam kepada masyarakat mengalami kemudahan karena didukung oleh mereka
bahkan pengajian yang dipimpin oleh Habib Alwy bin Sahil biasanya dilaksanakan
di rumah Muhammad Ali, masjid-masjid dan tempat-tempat yang memungkinkan dengan
berbentuk halaqah dan menggunakan metode tanya jawab.
2. PAMBUSUANG
Kemudian Habib Alwy bin Sahil di
Pambusuang juga diterima baik dengan masyarakat Pambusuang dan bersama-sama
dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama (‘alim ulama) untuk membangun Masjid
sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT. Sekaligus tempat belajar ilmu
keislaman. Habib Alwy terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan sosial
keagamaan. Sistem pengajaran yang beliau kembangkan di Pambusuang adalah bentuk
halaqah baik di Masjid-masjid maupun dari rumah ke rumah serta masyarakat yang
langsung datang menghadap kepada Habib Alwy bin Sahil untuk menanyakan seputar
ajaran Islam.
3. CAMPALAGIAN
Di Campalagian, beliau telibat
urusan kemasyarakatan dan keagamaan bersama masyarakat para ulama dan
pemerintahan membangun masjid dan memberikan pelajaran keagamaan kepada
masyarakat. Ulama yang hidup semasa dengannya seperti KH. Abdul Hamid, K.H.
Muhammad Arsyad Maddapungan. Habib Alwy bersama para ulama dan kepala kampung
(Mara’dia) memberikan perhatian serius terhadap pengembangan agama. Keberadaan
Habib Alwy lebih memperluas syiar Islam, serta membasmi segala persembahan
berhala bagi rakyat, yang masih fanatik kepada faham yang mirip pada agama
Hindu, yang dianut dan dikembangkan oleh “Sawerigading”.
Pada saat itu, kemajuan agama Islam di daerah Campalagian telah meningkat, sehingga Surau-surau (langgar) tadi itu, mulai dibongkar dan dijadikan dan diubah menjadi masjid, yang dipolopori oleh Habib Alwy bin Sahil tersebut bersama-sama Khadi Abdul Hamid dengan seorang yang berpengaruh bernama KARRU DAENNA PETTI yang pernah juga menjabat pangkat Mara’dia Campalagian.
Dalam dakwahnya sering ditemani oleh Muhammad Thahir (Imam Lapeo). Habib Alwy merupakan guru dari Imam Lapeo. Pernah suatu ketika Habib Alwy bin Sahil mengajak beberapa orang termasuk Imam Lapeo untuk berhalwat atau bertapa di suatu tempat, dan dari sekian banyak orang itu, Imam Lapeo satu-satunya yang dapat bertahan menerima cobaan-cobaan yang muncul pada saat berhalwat dan Habib Alwy bin Sahil berkata kepadanya bahwa anda telah lulus dan saya dengan anda bersaudara dunia akhirat. Ungkapan kedua tokoh agama ini tidak hanya berlaku pada keduanya tapi sampai kepada anak cucu dan keturunannya masih tetap terjalin persaudaraan dan silaturrrahmi dengan baik.
Haul Habib Alwi bin Abdullah bin Sahil. Sabtu : 02 Juli 2011
KELUARGA ASHIL DI PATI SSAYA ABDUL KADIR BIN MUHAMMAD BIN ABDURRAHMAN BIN SAHIL TELAH PUTUS SISILAH MOHON PETUNJUK NO HP 08526540 7771 DI BLORA, CONON SIMBAH KAKEK SAYA CERITANYA DI PATI JAWA TENGAH
BalasHapusThx infox. kpn2 bisa sharing lbh lanjut
BalasHapus