Minggu, 03 Februari 2013

HABIB ALWY BIN ABDULLAH BIN SAHIL (PUANG TOWA)


A. Ringkasan Manakib Habib Alwy Bin Abdullah Bin Sahil


Habib Alwy lebih di kenal dengan sebutan Puang Towa. Habib Alwi memiliki nama lengkap Habib Alwy bin Abdullah bin Husin bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Sahil bin Ahmad bin Sahil bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad Jamalullail. Beliau dilahirkan di Lasem, sekitar tahun 1835 M. dan mempunyai saudara 15 orang. Ayah beliau bernama Habib Abdullah bin Sahil dan ibunya bernama Raden Ayu Habibah pati Lasem al Munawwar. Habib Alwy (Puang Sayye Towa) wafat di Campalagian pada tanggal 9 April 1934 dan di makamkan di Masjid Besar Campalagian Polewali Mandar.

 

B. Masuk di Lita’ Mandar


Berawal dari kegemaran dan keberanian orang-orang Sulawesi pada umumnya dan Sulawesi Barat (orang-orang Mandar) pada khususnya untuk berlayar dari satu daerah ke daerah lain dengan tujuan berdagadang akhirnya sampai ke daerah Nusa Tenggara Barat (Sumbawa), dimana Habib Alwy bin Sahil membina masyarakat setempat sehingga pedagang Mandar (saudagar) Mandar yang memiliki jaringan bisnis dengan daerah Sumbawa, sempat mengikuti pengajian yang dibawakan oleh Habib Alwy bin Sahil dan memperkenalkan diri serta menggambarkan kondisi keagamaan Lita’ Mandar. Berdasarkan informasi dan masukan dari saudagar Mandar tersebut, maka akhirnya Habib Alwy bin Sahil tertarik dan bersedia ikut bersama saudagar Mandar guna melanjutkan misi dakwah dan syi’ar Islam di Lita’ Mandar. 

Habib Alwy tiba di Lita’ Mandar khususnya daerah Manjopai dimana waktu itu imam pertama masjid Manjopai tersebut adalah H. Kaisah yang bergelar H. Kappung dari tahun (1859-1900). Kedatangan Habib Alwy di Manjopai disambut baik oleh masyarakat setempat yang juga sudah memeluk agama Islam. Kendati Islam masuk di Lita’ Mandar diperkirakan pada tahun 1608, pada waktu kerajaan Balanipa di perintah oleh Raja Balanipa ke IV Puatta Tummuane dan diperkuat dengan datangnya utusan dari kerajaan Gowa untuk memberlakukan hukum Islam di Balanipa (Lita’ Mandar), akan tetapi masyarakat masih banyak yang mempunyai paham-paham yang bertentangan dengan akidah dan keyakinan ajaran Islam.

C. Gerakan Dakwah pada Tiga Daerah


1. MOJOPAHIT/MANJOPAI

Habib Alwy di Manjopai, pernah diangkat oleh masyarakat setempat menjadi Imam Masjid (Imam III) sekitar tahun 1916-1921 menggantikan H. Muhammad Amin (Imam II) yang bergelar Imam Missuq. Habib Alwi selama di Manjopai memberantas paham awayang ka’daro (ilmu kekebalan). Habib Alwy bin Sahil dalam strategi dakwahnya agar mudah diterima oleh maasyarakat, maka beliau mendekati para sesepuh agama dan orang-orang terhormat (Mara’dia), orang-orang kaya, seperti beliau bersahabat dengan seorang kaya bernama Muhammad Ali, sehingga Habib Alwy bin Sahil menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat mengalami kemudahan karena didukung oleh mereka bahkan pengajian yang dipimpin oleh Habib Alwy bin Sahil biasanya dilaksanakan di rumah Muhammad Ali, masjid-masjid dan tempat-tempat yang memungkinkan dengan berbentuk halaqah dan menggunakan metode tanya jawab.

2. PAMBUSUANG

Kemudian Habib Alwy bin Sahil di Pambusuang juga diterima baik dengan masyarakat Pambusuang dan bersama-sama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama (‘alim ulama) untuk membangun Masjid sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT. Sekaligus tempat belajar ilmu keislaman. Habib Alwy terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan sosial keagamaan. Sistem pengajaran yang beliau kembangkan di Pambusuang adalah bentuk halaqah baik di Masjid-masjid maupun dari rumah ke rumah serta masyarakat yang langsung datang menghadap kepada Habib Alwy bin Sahil untuk menanyakan seputar ajaran Islam.

3. CAMPALAGIAN

Di Campalagian, beliau telibat urusan kemasyarakatan dan keagamaan bersama masyarakat para ulama dan pemerintahan membangun masjid dan memberikan pelajaran keagamaan kepada masyarakat. Ulama yang hidup semasa dengannya seperti KH. Abdul Hamid, K.H. Muhammad Arsyad Maddapungan. Habib Alwy bersama para ulama dan kepala kampung (Mara’dia) memberikan perhatian serius terhadap pengembangan agama. Keberadaan Habib Alwy lebih memperluas syiar Islam, serta membasmi segala persembahan berhala bagi rakyat, yang masih fanatik kepada faham yang mirip pada agama Hindu, yang dianut dan dikembangkan oleh “Sawerigading”.

Pada saat itu, kemajuan agama Islam di daerah Campalagian telah meningkat, sehingga Surau-surau (langgar) tadi itu, mulai dibongkar dan dijadikan dan diubah menjadi masjid, yang dipolopori oleh Habib Alwy bin Sahil tersebut bersama-sama Khadi Abdul Hamid dengan seorang yang berpengaruh bernama KARRU DAENNA PETTI yang pernah juga menjabat pangkat Mara’dia Campalagian.

Dalam dakwahnya sering ditemani oleh Muhammad Thahir (Imam Lapeo). Habib Alwy merupakan guru dari Imam Lapeo. Pernah suatu ketika Habib Alwy bin Sahil mengajak beberapa orang termasuk Imam Lapeo untuk berhalwat atau bertapa di suatu tempat, dan dari sekian banyak orang itu, Imam Lapeo satu-satunya yang dapat bertahan menerima cobaan-cobaan yang muncul pada saat berhalwat dan Habib Alwy bin Sahil berkata kepadanya bahwa anda telah lulus dan saya dengan anda bersaudara dunia akhirat. Ungkapan kedua tokoh agama ini tidak hanya berlaku pada keduanya tapi sampai kepada anak cucu dan keturunannya masih tetap terjalin persaudaraan dan silaturrrahmi dengan baik.

Haul Habib Alwi bin Abdullah bin Sahil. Sabtu : 02 Juli 2011

2 komentar:

  1. KELUARGA ASHIL DI PATI SSAYA ABDUL KADIR BIN MUHAMMAD BIN ABDURRAHMAN BIN SAHIL TELAH PUTUS SISILAH MOHON PETUNJUK NO HP 08526540 7771 DI BLORA, CONON SIMBAH KAKEK SAYA CERITANYA DI PATI JAWA TENGAH

    BalasHapus
  2. Thx infox. kpn2 bisa sharing lbh lanjut

    BalasHapus