Seperti kita ketahui bahwa cikal bakal keberadaan orang Mandar
berasal dari seorang yang bernama Pangkopadang
yang lahir di Hulu Sungai Saddang, lalu darinyalah menitis pewaris yang
menjadi Tomakaka (orang yang
berkemampuan) untuk selanjutnya menjadi Mara’dia
dari Amara’diangan (golongan
bangsawan) yang disapa sebutan penghormatan Daeng atau yang Dipedzaeng
(yang mulia) dan Taupia atau Ataupiangan (manusia pilihan) yang
disapa dengan sebutan penghormatan Puang
atau Dipepuang di seluruh
kawasan Mandar yang salah satunya terdapat di Kerajaan Balanipa pada sekitar
awal abad ke XIV, yaitu: Imanyambungi
yang kemudian bergelar Todilaling yang
menjadi cikal bakal bangsawan di Mandar khususnya di kerajaan Balanipa, dan
dari keturunannya-lah yang menjadi Mara’dia dan Arayang silih berganti hingga
sampai pada masa Pemerintahan Arayang Balanipa ke 37 bernama Calla Batu Putah.
Adapun Calla Batu
Puteh yang secara garis vertical adalah dimulai dari Imanyambungi, selaku Mara’dia Pertama di Balanipa dan setelah
mangkat dari bergelar Todilaling (artinya
orang yang dimakamkan dengan segala kebesaran yang mengiringinya ke dalam liang
lahat), lalu kemudian menurun kepada putranya bernama Billa-Billami bergelar Tomepayung
(yang dibesarkan) Mara’dia kedua dan Arayang pertama di Kerajaan Balanipa, lalu
menyusul menantunya bernama Tandibella
Kakanna Ipattang bergelar Daetta
Tommuane Arayang Balanipa ke 3, lalu seterusnya menitis kepada Tolanynya yang tidak sempat menjadi
Arayang kerena sistim yang dianut di Kerajaan Balanipa khusunya dan umumnya
diseluruh kerajaan di Mandar tidak ada putra mahkota, sebab pengangkatan raja
diatur oleh sebuah Lembaga Adat dalam sebuah pase perundang-undangan kerajaan,
akan tetapi dalam perjalanan selanjutnya putra yang bergelar Todziboseang Di Kaeli diangkat menjadi Arayang Balanipa ke 6. Kemudian Puatta Imoking bergelar Tomatindo Di Sattoko Arayang Balanipa
ke 8, untuk selanjutnya tahta kerajaan berpindah kepada kerabat lainnya yang
keturunan dari Todilaling yang silih
berganti dalam sebuah proses perundang-undangan Kerajaan Balanipa hingga tiba
kembali pada Imannawari bergelar Tomatindo Di Baruga Arayang Balanipa ke
18 dan 21, kemudian Idaeng Mattuli
bergelar Tomappelei Balinna Arayang
Balanipa 26, Tomatindo Di Binanga
Karaeng Arayang Balanipa ke 29 dan yang akhirnya tiba pada seorang yang
bernama Calla Batu Puteh yang
bergelar Pakkalobang, juga bergelar Tomonge Alelanna yang akan menjadi
focus cikal bakal dari Ibaso Tembaga
bergelar TOKEPPA yang akan terurai
dalam lembaran selanjutnya pada halaman lain blog ini.
Calla batu Puteh,
yang artinya adalah batu yang putih bersinar kemerah-merahan, hal ini memberi
gambaran bahwa beliau adalah orang yang tampan, anggung penuh pesona, dan
sangat rajin dalam bekerja, dan kalau zaman sekarang maka beliau tentu akan
disebut Idola, yang karena rajinnya
dalam bekerja selaku petani tambak yang berhasil, maka selanjutnya Calla Batu Puteh bergelar Pakkalobang, artinya orang yang rajin
bertambak. Namun ada juga versi lain yang menyatakan bahwa gelar Pakkalobang diberikan kepada beliau
karena beliau menetap dan tinggal di kampung yang bernama Kalobang. Dan ada juga satu versi yang menyatakan bahwa beliau
tinggal dan menetap lalu membangun sebuah rumah yang dekat dengan Kalobang (parit).
Dari ketiga versi tersebut diatas, semuanya adalah benar
menurut masing-masing yang punya versi, karena sama-sama punya dasar, dan ini
tidak perlu diperdebatkan karena yang pasti bahwa beliau adalah seorang raja
yang kemudian bergelar Tomonge Alelanna,
artinya orang yang memiliki penyakit diantara dua paha, dan beliau adalah
Arayang Balanipa ke 37 menggantikan Arayang Balanipa ke 36 bergelar Tomate Macci’da (mati secara tiba-tiba
dalam keadaan sehat walafiat), yang sebelumnya dipegang oleh Arayang ke 35
bergelar Pakkacoco.
Calla Batu Puteh alias
Pakkalobang alias Tomonge Alelanna dalam menjalankan roda
pemerintahan kerajaan, mempersunting 5 (lima) orang istri yang terdiri dari:
- Istri pertama yaitu anak dari Pappuangan Mosso yang melahirkan seorang putra yang bernama Jalus.
- Istri kedua yaitu putri dari Mara’dia Pallis, namun ada juga yang berpendapat bahwa istri kedua ini berasal dari Banggae, tetapi yang pasti bahwa beliau mempunyai seorang putra yang bernama Pua’na Iboroa.
- Istri ketiga yaitu bernama Tjoppo Appona Puangnga Ipa’da, yang memiliki seorang putra bernama Suasa bergelar Puangnga Ibolong.
- Istri keempat yaitu yang bergelar Tobuta (orang yang matanya buta), yang memiliki seorang putra yaitu Tomate di Tinggas.
- Istri kelima yang bergelar Towalu Di Kandeapi, kakak kandung dari Pammarica Arayang Balanipa yang ke 39 da ke 41. Istri kelima ini melahirkan tiga orang putra yaitu; Ikambo bergelar Tomatindo Di Lekopa’dis, Sumanga Rukka, dan Pabalo.
sumber: "Profil H. S. Salim S. Mengga Dalam Menelusuri Jejak Kekerabatan Tokeppa"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar