Rabu, 30 Januari 2013

Syubhat Salafy - Wahabi


Maulid adalah bid’ah sesat yang harus dijauhkan dan dimusnahkan dari muka bumi ini, karena di dalam acaranya terdapat pujian yang berlebihan kepada Nabi Saw yang mengarah pada pengkultusan. Nabi Saw sendiri bersabda :
لا تطروني كما اطرت النصارىابن مريم فانما اتا عبده فقولوا عبد الله ورسوله

“ Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku seperti kaum Nashrani yang berlebihan dalam memuji putra Maryam. Aku hanyalah hamba Allah, maka katakanlah (mengenaiku) “ Hamba Allah dan Rasul-Nya “ (HR. Bukhari)

Jawaban Aswaja:

Sekali lagi, mereka hanya mampu menuduh tanpa adanya bukti di lapangan. Dan mereka selalu salah fatal di dalam memahami nash ayat maupun hadits.
Hadit tersebut dengan jelas melarang memuji Nabi Saw secara berlebihan, sekaligus menjelaskan makna Ithra (pujian yang berlebihan) dan member batasannya. Namun mereka tidak memahami batasn pujian yang berlebihan yang dimaksud oleh Nabi Saw sendiri.

Sebenarnya Nabi telah memberikan batasan yang jelas mengenai pujian yang berlebihan. Dalam hadits tersebut disebutkan ““ Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku seperti kaum Nashrani yang berlebihan dalam memuji putra Maryam “. Artinya kita dilarang oleh Nabi Saw memuji beliau seperti pujian kaum Nashrani kepada Nabi Isa yaitu menganggap anak Tuhan atau Tuhan, akan tetapi pujilah Nabi Saw dengan pujian yang tidak sampai mencerabut beliau Saw dari hamba Allah (kemanusiawiannya) dan kerasulannya, oleh karenya beliau setelah itu bersabda “Aku hanyalah hamba Allah, maka katakanlah (mengenaiku) “ Hamba Allah dan Rasul-Nya “.

Artinya kita diperbolehkan memuji Rasulullah Saw dengan pujian-pujian yang indah selama disitu tidak ada isyarat pada penuhanan beliau.

Tidakkah mereka tahu bahwa Allah Swt sang pencipta seluruh makhluk telah memuji beliau dengan kata-kata yang indah dalam al-Quran ??

Perhatikan :

Allah Swt berfirman :
وما ارسلناك الا رحمة للعالمين
“ Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam “ ( QS. Al-Qalam : 4)
Dan juga :
وانك لعلى خلق عظيم
“ Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung “
Dan ayat :
وانك لتهدي الى صراط مستقيم
“ Dan sesungguhnya kamu benar-benar menunjukkan pada jalan yang lurus “ (QS. Al-Ahzab : 52)
Kata-kata “agung” dari Allah yang Maha Agung, memiliki makna yang besar dan tak bisa dijangkau batasnya dengan pikiran kita. Artinya kita bebas untuk menisbatkan sifat-sifat kesempurnaan makhluk bagi beliau Saw tanpa batas (kecuali menjadikan beliau sebagai tuhan) karena setinggi apapun pujian kita, tak akan mampu menandingi pujian Allah kepada Rasulullah Saw.

Bahkan Allah Swt sendiri melabelkan beberapa sifat-Nya kepada Nabi Saw. Dalam al-Quran Allah Swt berfirman :
لقد جاءكم رسول من انفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف رحيم

“Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasul dari golongan kalian sendiri, terasa berat baginya penderitaan kalian, ia sangat mengharapkan kebaikan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang bagi umat mukmin (QS at-taubah 128).

Lihat bagaimana Allah Swt menyematkan dua asma-Nya untuk Rasulullah Saw yaitu Rauuf dan Rahiim (pengasih dan penyayang). Bukan berarti sifat kasih dan sayang Nabi Saw itu sama dengan sifat kasih dan sayang Allah Swt. Namun sifat kasih dan sayang dalam batas kemanusiawiaan tidak sampai batas ketuhanan.

Para sahabat dan ulama salaf, memahami hal ini dengan baik sehingga tidak sedikit para sahabat yang memuji-muji Nabi Saw dengan pujian indah dan tinggi. Di antaranya adalah pujian yang disampaikan sahabat Hassan bin Tsabit :
واحسن منك لم تر ثط عيني # واجمل منك لم تلد النساء
خلقت مبرأ من كل عيب # كأنك قد خلقت كما تشاء
Yang lebih baik darimu, belum pernah mataku memandangnya
Yang lebih indah darimu, belum pernah pernah dilahirkan oleh para wanita
Engkau diciptakan terbebas dari segala kekurangan
Seolah engkau tercipta dengan sekehendakmu sendiri
Sahabat Sariyah pun pernah memuji Rasul Saw :
فما حملت من ناقة فوق ظهرها ... أبر وأوفى ذمة من محمد
“ Tidak ada seeokor unta pun yang membawa seseorang di atas punggungnya, yang lebih baik dan menepati janjinya daripada Muhammad “

Dan masih banyak lagi pujian para sahabat kepada Nabi Saw sehingga membuat Nabi senang dan terkadang Nabi pun memberikan hadiah pada yang memujinya. Ini semua membuktikan mengenai bolehnya memuji beliau Saw dengan pujian setinggi-tingginya.

Nama beliau sendiri yaitu Muhammad, merupakan bentuk isim maf’ul dari kata Hammada Yuhammidu Tahmiidan, yang secara bahasa artinya adalah yang banyak dipuji. Ini merupakan isyarat bahwa memang beliau pantas untuk selalu dipuji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar